Pemeriksaan Pernafasan


Menurut Tambunan (2011: 56)  menyatakan bahwa pemeriksaan fisik paru merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas sistem pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi 

Palpasi dan perkusi thorak itu sendiri menurut Bickley ( 2014 : 74) butuh keahlian berpengalaman yang digunakan dalam penilaian respirasi. Hal ini melibatkan penggunaan tangan dan jari untuk mendapatkan informasi melalui sensasi raba dan pendengaran.  
 

Auskultasi dada juga merupakan keahlian yang diperoleh dari pengalaman; namun keahlian ini secara umum digunakan oleh banyak tenaga kesehatan dan harus dipertimbangkan secara lebih terinci. Auskultasi (mendengarkan melalui alat bantu , biasanya stetoskop) ke dada dapat memberikan informasi akurat dan diagnostik mengenai kondisi jantung , paru, dan pleura. Pasien harus diinformasikan secara penuh mengenai prosedurnya dan persetujuan serta privasi mereka dipastikan. Pasien harus berada dalam posisi duduk jika mungkin untuk mendapat akses ke daerah anterior, posterior, dan lateral toraks. Hal ini dilakukan dengan menempatkan diafragma atau sungkup stetoskop ke kulit pasien dan mendengarkan inspirasi maupun ekspirasi. Perbandingan harus dibuat antara sisi kanan dan kiri, dengan stetoskop ditempatkan pada lokasi yang serupa. 

 

Pengkajian Pemeriksaan Fisik Paru

Melakukan pengkajian dada dan paru serta jantung, perawat perlu mengetahui batas- batas anatomi dengan bantuan garis imaginer pada area dada yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk memastikan lokasi struktur organ serta dapat membantu dalam membuat kesimpulan. 

 

Pemeriksaan paru :

Secara umum garis imajiner yang di pakai  dalam pengkajian dada adalah: 

  1. Garis mid sternalis 
  2. Garis mid clavicularis
  3. Garis axilaris anterior 
  4. Garis axilaris posterior 
  5. Garis mid axilaris 
  6. Garis mid spinalis 
  7. Garis mid skapularis
  8. Garis intra skapularis
  9. Garis inter skapularis

Berikut pengkajian dalam pemeriksaan fisik pada paru sebagai berikut : 

  • Inspeksi

Dada dikaji tentang postur bentuk, kesimetrisan serta warna kulit, perbandingan bentuk dada anterior, posterior, dan transversal pada bayi 1 : 1, dewasa 1 : 2 bentuk abnormal pada kondisi tertentu:

    1. Pigeon chest: bentuk dada seperti burung diameter transversal sempit, anterior posterior, membesar atau lebar, tulang sternum menonjol kedepan.  
    2. Funnel chest : bentuk dada diameter sternum menyempit, anterior posterior menyempit, transversal melebar. 
    3. Barrel chest : bentuk dada seperti tong, diameter anterior posterior transversal memiliki perbandingan 1:1, juga amati kelainan tulang belakang seperti kifosis, lordosis, dan scoliosis.  

Pada pengkajian dada dengan inspeksi juga perhatikan:

  1. Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas. 
  2. Sifat bernapas : pernapasan perut atau dada 
  3. Adakah retraksi dada, jenis : retraksi ringan, sedang, dan berat 
  4. Ekspansi paru simetris ataukah tidak 
  5. Irama pernapasan : pernapasan cepat atau pernapasan dalam (pernapasan kussmoul) 
  6. Pernapasan biot : pernapasan yang ritme maupun amplitudenya tidak teratur diselingi periode apnea 
  7. Cheyne stokes : pernapasan dengan amplitude mula-mula kecil makin lama makin besar kemudian mengecil lagi diselingi peripde apnea. 
  • Palpasi 

Palpasi dada bertujuan mengkaji kulit pada dinding dada, adanya nyeri tekan, masssa, kesimetrisan ekspansi paru dengan menggunakan telapak tangan atau jari sehingga dapat merasakan getaran dinding dada dengan meminta pasien mengucapkan tujuh puluh tujuh secara berulang –ulang . getaran yang diraskan disebut : vocal fremetus. Perabaan dilakukan diseluruh permukaan dada(kiri,kanan depan, belakang) umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih bergetar atau kurang bergetar,adanya kondisi pendataan paru akan terasa lebih bergetar, adanya kondisi pemadatan paru akan terasa  lebih bergetar seperti pnimonia,keganasan pada pleural effusion atau pneumathorak akan terasa kurang bergetar.  

  • Perkusi

Perkusi dinding thorak dengan cara mengetuk dengan jari tengah, tangan kanan pada jari tengah tangan kiri yang ditempeklan erat pada dinding dada celah interkostalis. Perkusi dindng thorak bertujuan untuk mengetahui batas jantung, paru, serta suara jantung maupun paru. Suara paru normal yang didapat dengan cara perkusi adalah resonan atau sonor, seperti dug, dugm dug, redup atau kurang resonan suara perkusi terdengar bleg, bleg, bleg. Pada kasus terjadnya konsolidasi paru seperti pneumonia, pekak atau datar terdengar mengetuk paha sendiri seperti kasus adanya cairan rongga pleura, perkusi hepar dan jantung . hiperesonan/tympani suara oerkusi pada daerah berongga terdapat banyak udara seperti lambung, pneumothorax dan coverna paru terdengar dang, dang, dang. 
  1. Batas paru hepar : di ICS 4 sampai ICS ke 6 
  2. Batas atas kiri jantung ICS 2-3 
  3. Batas atas kanan jantung :ICS 2 linea sternalis kanan 
  4. Batas kiri bawah jantung line media clavicuralis ICS ke 5 kiri.

  • Auskultasi

Auskultasi paru adalah menedengarkan suara pada dinding thorax menggunakan stetoskope karena sistematik dari atas ke bawah dan membandngkan kiri maupun kanan suara yang didengar adalah :  
  • Suara napas :
  1. Vesikuler : suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang normal, bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspiasi. 
  2. Brancho vesikuler: tedrdengar di daerah percabangan bronchus dan trachea sekitar sternum dari regio inter scapula maupun ICS 1: 2. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. 
  3. Brochial : terdengar di dzerah trachea dan suprasternal notch bersifat kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek, atau ekspirasi  
    • Suara tambahan :
      Pada pernapasan normal tidak ditemukan suara tambahan, jika ditemukan suara tambahan indikasi ada kelainan,adapun suara tambahan adalah : 
  1. Rales/Krakles  Bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran halus pernapasan mengembang dan tidak hilang, suruh pasien batuk, sering ditemui pada pasien dengan peradangan paru seperti TBC maupun pneumonia. 
  2. Ronchi Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik inspirasi maupun ekspirasi akibat terkumpulnya secret dalam trachea atau bronchus sering ditemui pada pasien oedema paru, bronchitis. 
  3. Wheezing  Bunyi musical terdengar “ngii...” yang bisa ditemukan pada fase ekspirasi maupun ekspirasi akibat udara terjebak pada celah yang sempit seperti oedema pada brochus.  
  4. Fleural Friction Rub Suatu bunyi terdengar kering akibat gesekan pleura yang meradang, bunyi ini biasanya terdengar pada akhir inspirasi atau awal ekspirasi, suara seperti gosokan amplas. 
  5. Vocal resonansi Pemeriksaan mendengarkan dengan stethoscope secara sistematik disemua lapang guru, membandingkan kanan dan kiri pasien diminta mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang. 
  • Vokal resonan normal terdengar intensitas dan kualitas sama antara kanan dan kiri. 
  • Bronchophoni : terdengar jelas dan lebih keras dibandingkan sisi yang lain umumnya akibat adanya konsolidasi. 
  • Pectorilequy : suara terdengar jauh dan tidak jelas biasanya pada pasien effusion atau atelektasis. 
  • Egopony : suara terdengar bergema seperti hidungnya tersumbat.


Berikut ini video pengkajian pernafasan