TERAPI BERMAIN PADA ANAK
Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan hal baru: lingkungan baru, orang-orang asing, kebiasaan baru, dan kegiatan baru. Selain itu beberapa kondisi juga menyebabkan ketidaknyamanan, antara lain: nyeri dan perlukaan, pembatasan aktifitas, menjalankan program terapi yang traumatik. Situasi ini mengharuskan perawat mampu melakukan pengkajian yang spesifik sebagai dampak hospitalisasi. Diagnosis keperawatan yang diidentifikasi juga seharusnya mampu mendiskripsikan dengan teliti seluruh respon yang terjadi selama proses adaptasi hospitalisasi.
Beberapa tindakan telah banyak direkomendasikan untuk meminimalkan dampak hospitalisasi, namun sampai saat ini yang paling banyak digunakan dan diyakinin paling efektif adalah dengan terapi bermain. Pada saat bermain anak memiliki kesempatan untuk „memainkan‟ perasaan dan permasalahannya, anak merasa menjadi orang yang paling penting, mengatur situasi dan dirinya, tidak ada kritikan. Situasi seperti ini sangat kondusif untuk anak yang sedang mengalami kecemasan, sehingga rasa amannya terpenuhi. Aktivitas bermain memerlukan energi, walaupun demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Pada saat anak sakit ia akan mengalami stres yang diakibatkan oleh nyeri, perlukaan, perpisahan dengan kelompok, pembatasan aktivitas, dan lingkungan yang asing.
Berbagai dampak negatif saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit dapat terjadi, antara lain: anak akan kehilangan kontrol, rewel, menangis, tidak kooperatif dan bahkan dapat terjadi kemunduran tahap perkembangan (regresi). Dampak negatif ini dapat diminimalkan atau bahkan dapat dicegah melalui upaya mempertahankan fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan aktifitas bermain (Supartini, 2004).Contoh kurikulum untuk terapi bermain
Contoh kurikulum untuk terapi bermain
Setiap sesi permainan harus meliputi kegiatan berbahasa, bergerak dan bermain.
Kegiatan berbahasa
Ajari anak lagu setempat. Ajak anak untuk tertawa, berbicara dan menjelaskan apa yang sedang dilakukannya.
Kegiatan bergerak/motorik
Selalu semangati anak untuk menampilkan kegiatan motorik yang sesuai.
Kegiatan bermain
Gelangan tali (mulai umur 6 bulan)
Gulungan benang dan barang-barang kecil lain (misalnya potongan leher botol plastik) dijadikan gelang. Ikat gelang dalam satu tali, dengan menyisakan panjang ujung tali sebagai gantungan.
Permainan Balok (mulai umur 9 bulan)
Balok-balok kecil dari kayu. Haluskan permukaan balok dengan ampelas dan warnai dengan warna cerah, jika memungkinkan.
Mainan masuk-masukan (mulai umur 9 bulan)
Potong bagian dasar dua buah botol yang berbentuk sama, tapi berbeda ukuran. Botol yang berukuran kecil harus dapat dimasukkan ke dalam botol yang lebih besar.
Mainan keluar-masuk (mulai umur 9 bulan)
Berbagai plastik atau karton dan barang kecil (jangan terlalu kecil, hingga dapat tertelan anak).
Bunyi-bunyian (mulai umur 12 bulan)
Potongan panjang bekas botol plastik berbagai warna dimasukkan ke dalam botol transparan yang ditutup erat.
Tetabuhan (mulai umur 12 bulan)
Aneka kaleng logam dengan tutup yang erat.
Boneka (mulai umur 12 bulan)
Gunting 2 lembar kain menyerupai boneka dan jahit kedua ujungnya menjadi satu dengan meninggalkan sedikit lubang. Tarik bagian dalam boneka ke arah luar dan isi dalamnya dengan kain bekas. Jahit bagian yang masih terbuka dan gambarkan wajah pada kepala boneka tersebut.
Botol Penyimpanan (mulai umur 12 bulan)
Satu botol plastik transparan berukuran besar dengan leher yang kecil dan benda-benda kecil panjang yang dapat masuk
melalui leher botol tersebut (jangan terlalu kecil hingga tertelan anak).
Mainan dorongan (mulai umur 12 bulan)
Buat lubang di tengah dari dasar dan tutup kaleng, Rentangkan sepotong kawat (kira-kira sepanjang 60 cm) melalui tiap lubang dan ikat ujungnya di dalam kaleng. Letakkan beberapa tutup botol dari logam ke kaleng dan tutup erat. Kaleng dapat didorong seperti kereta.
Mainan tarikan (mulai umur 12 bulan)
Sama seperti diatas, hanya gunakan benang sebagai pengganti kawat. Kaleng di tarik.
Tumpukan tutup botol (mulai umur 12 bulan)
Potong sedikitnya tiga botol plastik dengan bentuk yang sama menjadi dua bagian dan tumpuk.
Cermin (mulai umur 18 bulan)
Tutup kaleng tanpa tepi yang tajam.
Permainan susun gambar (mulai umur 18 bulan)
Gambar suatu bentuk (misalnya boneka) menggunakan krayon pada sepotong karton persegi. Potong gambar tersebut menjadi dua atau empat bagian.
Buku (mulai umur 18 bulan)
Gunting 3 potongan karton berbentuk persegi dan berukuran sama. Tempel dan rekatkan atau buatlah gambar di kedua sisi masing-masing potongan. Buatlah 2 buah lubang pada satu sisi potongan dan jahitkan tali di tepinya untuk membuatnya serupa buku.
Sudah pernah mendengar
play therapy? Secara teoritis play therapy atau terapi bermain adalah
sebuah proses terapeutik yang menggunakan permainan sebagai media terapi
agar mudah melihat eskpresi alami seorang anak yang tidak bisa
diungkapkannya dalam bahasa verbal karena permainan merupakan pintu
masuk ke dalam dunia anak-anak (Hatiningsih, 2013).
Secara umum terapi bermain adalah sebuah kegiatan bermain bersama anak
dalam rangka membentuk perilaku anak menjadi lebih baik. Di usia yang
masih dini (di bawah 5 tahun) kondisi emosi anak masih belum terpola.
Terlebih jika anak belum bisa bicara. Hal inilah yang menjadi pencetus
sikap anak menjadi susah dikendalikan, frustasi tanpa sebab, cepat
sensitif di lingkungan baru dan ekspresi kecemasan anak lainnya.
Terapi bermain tidak hanya dilakukan pada anak-anak yang memiliki
masalah khusus dalam pengendalian emosi tapi dapat juga dilakukan ke
semua anak. Kenapa? Karena memang fitrah anak usia dini adalah bermain.
Main sudah menjadi kebutuhan alamiah bagi anak-anak. Masa kecil adalah
masanya bermain.
Tak ubahnya anak-anak, orang dewasa seperti kita pun sering dilanda
kejenuhan, kemarahan dan ketidakstabilan emosi secara mendadak. Bedanya
adalah pada orang dewasa mereka mampu mengungkapkan secara verbal dan
non verbal, sehingga bisa mencari solusi sendiri seperti berbagi cerita
dengan sahabat, pergi ke tempat yang tenang, beribadah, jalan-jalan,
melakukan hobi dan lain sebagainya.
Sedangkan pada anak usia dini, mereka masih kesulitan dalam
mengendalikan emosinya. Sehingga dunia bermain inilah yang ideal bagi
anak untuk menjadi sarana pelampiasan emosi, stres, kemarahan dan
kecemasan. Emosi-emosi negatif pada anak bisa dikeluarkan melalui terapi
bermain.
Apa saja yang harus diperhatikan dalam terapi bermain ini?
Pertama, safety atau keamanan. Dalam hal ini meliputi tempat bermain,
media bermain, waktu bermain dan teman bermain anak. Pilih mainan yang
sesuai dengan usia anak. Gunakan area bermain yang aman, jauhkan sudut
meja yang tajam atau sambungan listrik yang terbuka. Anak usia dini
memerlukan sedikitnya 15 menit untuk mendapatkan aktivitas luar ruangan.
Kedua, fokus. Orang tua atau pendamping bermain anak harus fokus
mendampingi tanpa diselingi kegiatan pribadi yang berlebihan. Lepaskan
gawai dan televisi maupun perangkat elektronik lainnya yang tidak
digunakan selama proses terapi. Luangkan waktu minimal 30 menit sehari
pada tiap anak untuk benar benar fokus menjadi teman mainnya.
Ketiga, jadikan anak sebagai pemimpin dalam permainan. Tugas orang
dewasa adalah sebagai teman bermain yang mampu mengarahkan dengan baik
selama proses bermain bersama.
Keempat, perhatikan ekspresi dan perasaan anak. Galilah informasi anak
dengan penuh empati. Gunakan kata tanya yang baik yang mampu memancing
komunikasi dua arah. Seperti memilih kata tanya ’ada apa’ dibanding
’kenapa’ saat bersama anak. Manfaatkan waktu bermain ini sebagai waktu
berkomunikasi yang berkualitas dengan anak. Karena saat mereka menginjak
remaja nanti, tentunya mereka sudah punya dunia sendiri.
Kelima, positive thinking kepada anak. Saat bersama anak, kita harus
melihat kondisi dari sisi mereka.Tidak perlu mengkritik perilaku anak.
Cepat tanggaplah terhadap yang mereka ungkapkan baik verbal maupun non
verbal. Jangan panik dalam menghadapi kondisi anak. Jika orang tua
sering stres maka anak akan terpengaruh. Sikap dan reaksi orang tua akan
mudah dicontoh oleh anak.
Keenam, salah tidak apa-apa. Kesalahan dan kegagalan adalah proses
belajar untuk bangkit dan tumbuh menjadi anak bermental kuat. Anak-anak
juga harus merasakan salah dan benar sejak kecil dengan pengarahan yang
baik.
Ketujuh, tidak ada ayah yang sempurna, tidak ada ibu yang sempurna pun
tidak ada anak yang sempurna. Sebagai orang tua kita harus bisa menerima
anak kita dalam keadaan apa pun. Karena bukan kesempurnaan yang kita
cari melainkan kebahagiaan bersama anak.
Terapi bermain pada anak usia dini akan memberi kedekatan dengan orang
tuanya. Ini akan menguatkan mental anak dan menjaga kestabilan emosi
mereka. Jangan pernah kurangi kesempatan bermain yang sesungguhnya pada
diri anak-anak karena semua ada masanya.
Anak yang pintar adalah anak yang sehat emosinya. Anak yang sehat
emosinya akan tumbuh menjadi anak yang bahagia. Memupuk kedekatan orang
tua dan anak sejak dini akan membuat anak-anak sehat emosinya. Sehat
emosinya, bahagia jiwanya. Bahagiakan dulu jiwa anak-anak kita, maka
kepintaran pun akan mengikuti. Mari bermain..
Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4407
Sudah pernah mendengar
play therapy? Secara teoritis play therapy atau terapi bermain adalah
sebuah proses terapeutik yang menggunakan permainan sebagai media terapi
agar mudah melihat eskpresi alami seorang anak yang tidak bisa
diungkapkannya dalam bahasa verbal karena permainan merupakan pintu
masuk ke dalam dunia anak-anak (Hatiningsih, 2013).
Secara umum terapi bermain adalah sebuah kegiatan bermain bersama anak
dalam rangka membentuk perilaku anak menjadi lebih baik. Di usia yang
masih dini (di bawah 5 tahun) kondisi emosi anak masih belum terpola.
Terlebih jika anak belum bisa bicara. Hal inilah yang menjadi pencetus
sikap anak menjadi susah dikendalikan, frustasi tanpa sebab, cepat
sensitif di lingkungan baru dan ekspresi kecemasan anak lainnya.
Terapi bermain tidak hanya dilakukan pada anak-anak yang memiliki
masalah khusus dalam pengendalian emosi tapi dapat juga dilakukan ke
semua anak. Kenapa? Karena memang fitrah anak usia dini adalah bermain.
Main sudah menjadi kebutuhan alamiah bagi anak-anak. Masa kecil adalah
masanya bermain.
Tak ubahnya anak-anak, orang dewasa seperti kita pun sering dilanda
kejenuhan, kemarahan dan ketidakstabilan emosi secara mendadak. Bedanya
adalah pada orang dewasa mereka mampu mengungkapkan secara verbal dan
non verbal, sehingga bisa mencari solusi sendiri seperti berbagi cerita
dengan sahabat, pergi ke tempat yang tenang, beribadah, jalan-jalan,
melakukan hobi dan lain sebagainya.
Sedangkan pada anak usia dini, mereka masih kesulitan dalam
mengendalikan emosinya. Sehingga dunia bermain inilah yang ideal bagi
anak untuk menjadi sarana pelampiasan emosi, stres, kemarahan dan
kecemasan. Emosi-emosi negatif pada anak bisa dikeluarkan melalui terapi
bermain.
Apa saja yang harus diperhatikan dalam terapi bermain ini?
Pertama, safety atau keamanan. Dalam hal ini meliputi tempat bermain,
media bermain, waktu bermain dan teman bermain anak. Pilih mainan yang
sesuai dengan usia anak. Gunakan area bermain yang aman, jauhkan sudut
meja yang tajam atau sambungan listrik yang terbuka. Anak usia dini
memerlukan sedikitnya 15 menit untuk mendapatkan aktivitas luar ruangan.
Kedua, fokus. Orang tua atau pendamping bermain anak harus fokus
mendampingi tanpa diselingi kegiatan pribadi yang berlebihan. Lepaskan
gawai dan televisi maupun perangkat elektronik lainnya yang tidak
digunakan selama proses terapi. Luangkan waktu minimal 30 menit sehari
pada tiap anak untuk benar benar fokus menjadi teman mainnya.
Ketiga, jadikan anak sebagai pemimpin dalam permainan. Tugas orang
dewasa adalah sebagai teman bermain yang mampu mengarahkan dengan baik
selama proses bermain bersama.
Keempat, perhatikan ekspresi dan perasaan anak. Galilah informasi anak
dengan penuh empati. Gunakan kata tanya yang baik yang mampu memancing
komunikasi dua arah. Seperti memilih kata tanya ’ada apa’ dibanding
’kenapa’ saat bersama anak. Manfaatkan waktu bermain ini sebagai waktu
berkomunikasi yang berkualitas dengan anak. Karena saat mereka menginjak
remaja nanti, tentunya mereka sudah punya dunia sendiri.
Kelima, positive thinking kepada anak. Saat bersama anak, kita harus
melihat kondisi dari sisi mereka.Tidak perlu mengkritik perilaku anak.
Cepat tanggaplah terhadap yang mereka ungkapkan baik verbal maupun non
verbal. Jangan panik dalam menghadapi kondisi anak. Jika orang tua
sering stres maka anak akan terpengaruh. Sikap dan reaksi orang tua akan
mudah dicontoh oleh anak.
Keenam, salah tidak apa-apa. Kesalahan dan kegagalan adalah proses
belajar untuk bangkit dan tumbuh menjadi anak bermental kuat. Anak-anak
juga harus merasakan salah dan benar sejak kecil dengan pengarahan yang
baik.
Ketujuh, tidak ada ayah yang sempurna, tidak ada ibu yang sempurna pun
tidak ada anak yang sempurna. Sebagai orang tua kita harus bisa menerima
anak kita dalam keadaan apa pun. Karena bukan kesempurnaan yang kita
cari melainkan kebahagiaan bersama anak.
Terapi bermain pada anak usia dini akan memberi kedekatan dengan orang
tuanya. Ini akan menguatkan mental anak dan menjaga kestabilan emosi
mereka. Jangan pernah kurangi kesempatan bermain yang sesungguhnya pada
diri anak-anak karena semua ada masanya.
Anak yang pintar adalah anak yang sehat emosinya. Anak yang sehat
emosinya akan tumbuh menjadi anak yang bahagia. Memupuk kedekatan orang
tua dan anak sejak dini akan membuat anak-anak sehat emosinya. Sehat
emosinya, bahagia jiwanya. Bahagiakan dulu jiwa anak-anak kita, maka
kepintaran pun akan mengikuti. Mari bermain.
Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4407
Sudah pernah mendengar
play therapy? Secara teoritis play therapy atau terapi bermain adalah
sebuah proses terapeutik yang menggunakan permainan sebagai media terapi
agar mudah melihat eskpresi alami seorang anak yang tidak bisa
diungkapkannya dalam bahasa verbal karena permainan merupakan pintu
masuk ke dalam dunia anak-anak (Hatiningsih, 2013).
Secara umum terapi bermain adalah sebuah kegiatan bermain bersama anak
dalam rangka membentuk perilaku anak menjadi lebih baik. Di usia yang
masih dini (di bawah 5 tahun) kondisi emosi anak masih belum terpola.
Terlebih jika anak belum bisa bicara. Hal inilah yang menjadi pencetus
sikap anak menjadi susah dikendalikan, frustasi tanpa sebab, cepat
sensitif di lingkungan baru dan ekspresi kecemasan anak lainnya.
Terapi bermain tidak hanya dilakukan pada anak-anak yang memiliki
masalah khusus dalam pengendalian emosi tapi dapat juga dilakukan ke
semua anak. Kenapa? Karena memang fitrah anak usia dini adalah bermain.
Main sudah menjadi kebutuhan alamiah bagi anak-anak. Masa kecil adalah
masanya bermain.
Tak ubahnya anak-anak, orang dewasa seperti kita pun sering dilanda
kejenuhan, kemarahan dan ketidakstabilan emosi secara mendadak. Bedanya
adalah pada orang dewasa mereka mampu mengungkapkan secara verbal dan
non verbal, sehingga bisa mencari solusi sendiri seperti berbagi cerita
dengan sahabat, pergi ke tempat yang tenang, beribadah, jalan-jalan,
melakukan hobi dan lain sebagainya.
Sedangkan pada anak usia dini, mereka masih kesulitan dalam
mengendalikan emosinya. Sehingga dunia bermain inilah yang ideal bagi
anak untuk menjadi sarana pelampiasan emosi, stres, kemarahan dan
kecemasan. Emosi-emosi negatif pada anak bisa dikeluarkan melalui terapi
bermain.
Apa saja yang harus diperhatikan dalam terapi bermain ini?
Pertama, safety atau keamanan. Dalam hal ini meliputi tempat bermain,
media bermain, waktu bermain dan teman bermain anak. Pilih mainan yang
sesuai dengan usia anak. Gunakan area bermain yang aman, jauhkan sudut
meja yang tajam atau sambungan listrik yang terbuka. Anak usia dini
memerlukan sedikitnya 15 menit untuk mendapatkan aktivitas luar ruangan.
Kedua, fokus. Orang tua atau pendamping bermain anak harus fokus
mendampingi tanpa diselingi kegiatan pribadi yang berlebihan. Lepaskan
gawai dan televisi maupun perangkat elektronik lainnya yang tidak
digunakan selama proses terapi. Luangkan waktu minimal 30 menit sehari
pada tiap anak untuk benar benar fokus menjadi teman mainnya.
Ketiga, jadikan anak sebagai pemimpin dalam permainan. Tugas orang
dewasa adalah sebagai teman bermain yang mampu mengarahkan dengan baik
selama proses bermain bersama.
Keempat, perhatikan ekspresi dan perasaan anak. Galilah informasi anak
dengan penuh empati. Gunakan kata tanya yang baik yang mampu memancing
komunikasi dua arah. Seperti memilih kata tanya ’ada apa’ dibanding
’kenapa’ saat bersama anak. Manfaatkan waktu bermain ini sebagai waktu
berkomunikasi yang berkualitas dengan anak. Karena saat mereka menginjak
remaja nanti, tentunya mereka sudah punya dunia sendiri.
Kelima, positive thinking kepada anak. Saat bersama anak, kita harus
melihat kondisi dari sisi mereka.Tidak perlu mengkritik perilaku anak.
Cepat tanggaplah terhadap yang mereka ungkapkan baik verbal maupun non
verbal. Jangan panik dalam menghadapi kondisi anak. Jika orang tua
sering stres maka anak akan terpengaruh. Sikap dan reaksi orang tua akan
mudah dicontoh oleh anak.
Keenam, salah tidak apa-apa. Kesalahan dan kegagalan adalah proses
belajar untuk bangkit dan tumbuh menjadi anak bermental kuat. Anak-anak
juga harus merasakan salah dan benar sejak kecil dengan pengarahan yang
baik.
Ketujuh, tidak ada ayah yang sempurna, tidak ada ibu yang sempurna pun
tidak ada anak yang sempurna. Sebagai orang tua kita harus bisa menerima
anak kita dalam keadaan apa pun. Karena bukan kesempurnaan yang kita
cari melainkan kebahagiaan bersama anak.
Terapi bermain pada anak usia dini akan memberi kedekatan dengan orang
tuanya. Ini akan menguatkan mental anak dan menjaga kestabilan emosi
mereka. Jangan pernah kurangi kesempatan bermain yang sesungguhnya pada
diri anak-anak karena semua ada masanya.
Anak yang pintar adalah anak yang sehat emosinya. Anak yang sehat
emosinya akan tumbuh menjadi anak yang bahagia. Memupuk kedekatan orang
tua dan anak sejak dini akan membuat anak-anak sehat emosinya. Sehat
emosinya, bahagia jiwanya. Bahagiakan dulu jiwa anak-anak kita, maka
kepintaran pun akan mengikuti. Mari bermain.
Sumber: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4407
0 Komentar